Search Icon

Sunday, February 7, 2016

Ber-Nostalgia Ke Pantan-Cigowong

   
Melky Rahmat Azi-Hari minggu tanggal 7 februari kakiku menginginkan lagi langkah-langkah yang istimewa. Awalnya bingung, entah harus kemana kaki ini melangkah saat dompet tak terisi satu lembar dollar pun. Kulontarkan beberapa pertanyaan pada teman dekat yang kebetulan online di social media facebook, dan kebetulan juga ada salah satu teman yang menanggapi pertanyaan yang kuberikan. ia langsung balas chat dan berkata, "sebentar kan kupikir-pikir dahulu". Selang 10 menit kemudian ia pun membalasnya dengan kalimat "hmmm akhirnya kutemukan jalan untuk  melepas penat hari ini". Tentu saja aku penasaran, ide apa sih yang akan ia tunjukan."tanyaku dalam hati".
Pantan..... Cigowong.... Temanku menyarankan tempat itu. Sontak saja aku langsung meng-iyakan ide tersebut. Cigowong merupakan salah satu desa yang termasuk ke kecamatan Talaga, dan di wilayah Cigowong tersebut memiliki tempat indah untuk dinikmati. Ini kedua kalinya jika aku pergi ke tempat yang disarankan oleh temanku, karena sekitar tujuh tahun yang lalu aku pernah datang menikmati pemandangan tersebut bersama teman yang lainnya. "Bukan bersama teman yang memberi ide sekarang ini".
Melky Rahmat Azi
Mendapat respons tersebut, bergegaslah ku ambil sarana komunikasi dan transportasi untuk menuju Cigowong. Oh ya, nama teman yang memberi ide di atas adalah Heri, teman Sekelas SD dulu. Tak di duga setelah menuju dan datang di rumah Heri, ternyata ada beberapa orang lain lagi yang sedang berkumpul dan menikmati suasana pagi di rumah Heri. Disana tentu saja aku gembira, semakin banyak orang yang bisa ku ajak bermain, maka semakin meng-asyikan lagi untuk menikmati perjalanan, di bandingkan sendiri atau berdua.

Maaf, kedatanganku ke rumah Heri bukan untuk mengeruhkan suasana kalian saat berdialog, namun akan lebih seru lagi jika kita berdialog di tempat terbuka, sejuk, indah dan damai.

Ber-Nostalgia Ke Pantan-Cigowong

Melihat jarum jam yang ceklis (10:10) akhirnya kita pun berangkat. Kita adalah Aku (Melky), Heri, Irfan, Farhan, dan Agis. Farhan semotor berdua bersama Irfan, Agis bawa motor sendiri, sedangkan aku satu motor berdua Bersama Heri. Kita berlima bergegas dengan perasaan yang gembira, dan ingin segera merasakan keindahan yang berada di Cigowong. Tidak lama kemudian kita pun sampai pada pintu masuk tempat tersebut. Kutoleh sisi kanan dan kiri, ternyata tak ada tempat parkir untuk menyimpan kendaraan yang kita tunggangi. Masing-masing berpikir: Dimana harus kita simpan kendaraan ini agar aman, dan jauh dari hal-hal yang tidak diinginkan?

Salah satu dari kami, yaitu Farhan mendapat akal yang jernih, ia memiliki kerabat dekat yang kebetulan juga rumahnya dekat di daerah yang ingin kami tuju (Cigowong). Segeralah kita berlima pun menemuinya.
Melky Rahmat Azi
Setelah lama mengendarai sepeda motor dan melewati jalan (gang) yang sempit, berliku dan licin, akhirnya sampailah di tempat atau rumah kerabat Farhan yang sudah diceritakan sebelumnya. Kebetulan kerabat Farhan terlihat sedang santai duduk di halaman depan rumahnya, dan kita pun mengucapkan salam sambil berjabat tangan menanyakan kabar dan yang lainnya. Kerabat Farhan bernama Zezen. Zezen adalah orang asli asal sini, kita meminta izin agar motor yang kita kendarai bisa disimpan di halaman depan rumahnya Zezen, Zezen pun akhirnya memperbolehkannya. Senyumnya terlihat senang bertemu atau ditamui oleh orang-orang seperti kita.

Kita menceritakan maksud dan tujuan datangnya kita kesini, yaitu ingin mengunjungi perairan yang ada di Cigowong. Orang sekitar menamai Perairan tersebut dengan nama Pantan. Entahlah apa artinya Pantan, aku belum mendapatkan informasi yang jelas kenapa perairan ini dinamakan Pantan. Berhubung Zezen tahu wilayah sini, kita pun mengajak Zezen untuk mengantarkan kita sampai berada di Perairan Pantan Cigowong. Zezen pun bersamangat dan berkata "hayu.....hayu.....hayu...., sambil mengajak Adiknya". Maaf aku belum sempat berkenalan dengan Adiknya, jadi tidak tahu siapa nama Adik Zezen.

Akhirnya bertambahlah kelompok kita menjadi 7 orang. Eitsssssss jangan mengira aku terlalu kekinian yah, mengikuti nama sinetron yang ada di televisi "Tujuh Manusia Harimau". Tapi kurang lebih seperti itu, namun kita hanya 7 Manusia Kurcaci yang ingin bernostalgia merasakan suasana yang indah dan sejuk di Perairan Pantan Cigowong.
Melky Rahmat Azi
Lebih menariknya lagi, kita bertujuh berangkat menyusuri jalan berbeda, bukan jalan umum yang biasa digunakan oleh para pengunjung. Kita memilih jalan atas bukit, dan jalan ini tentu lebih berbahaya dibandingkan jalan bawah yang digunakan oleh pengunjung. Musim hujan membuat jalan lebih berlumpur dan berlicin, kita pun sangat berhati-hati memperhatikan arah langkah yang jika sedikit saja terpeleset akan mengakibatkan kecelakaan yang sangat fatal. Coba bayangkan, kita berjalan turun ke bawah di sisi jurang yang begitu dalam. Untuk menengok ke bawah pun takkan berani, sangat sangat mengerikan. Bukan hanya itu saja, terkadang kita membuat jalan sendiri dari tanah yang belum sama sekali di injak oleh orang lain. Hanya tongkat kayu dan saling berpegangan tanganlah cara kita mampu melewati jalan ini. Tak ada jurang pun tetap menyeramkan, jalan setapak yang datar sisi ke sisi seperti kawasan hutan belantara.
Melky Rahmat Azi
Melky Rahmat Azi
Ahhhh menjengkelkan..... Setapak jalan yang sepi, sedikit gelap, dedaunan menghalangi, kaki yang terkena duri, dan nyamuk-nyamuk yang menikmati tubuh ini. "Kapan kulihat tempat genangan air yang pernah ku terjuni dulu?" Hanya itu yang sering kutanyakan pada diri sendiri saat berjalan.

Tak disangka, setelah melewati masa-masa yang sulit itu akhirnya kudengar kicauan burung dan suara air jernih yang mengalir begitu derasnya. Mungkin ini pertanda baik, dan ternyata benar dugaanku. Dari atas kulihat tempat yang indah, dan lagi-lagi ada tempat yang mampu menciutkan hatiku. Dengan senangnya aku turun dengan irama jantung berdetak kencang. "Akhirnya aku kembali bernostalgia denganmu, setelah tujuh tahun lamanya kita tak berjumpa".
Melky Rahmat Azi
Setelah berada di pusat perairan, aku semangat, namun sedikit kecewa. Kenapa kamu (pantan) tak sebersih dan senyaman waktu kutemui dulu? Kenapa dindingmu dipenuhi dengan tulisan-tulisan yang tak berharga? Kenapa halaman tempat bermainku dipenuhi dengan sampah dan kayu bakar yang sudah usang? Lagi-lagi ulah manusia yang tidak bertanggung jawab merusak bagian hidupku, mereka merusaknya secara perlahan. Dengan situasi tersebut akhirnya saya dan teman lainnya hanya menikmati suasana sebentar saja, lalu bergegas kembali untuk pulang. Aku bersama yang lainnya kembali ke rumah Zezen dengan mengikuti jejak kaki yang sama saat berangkat. Benar-benar perasaan ini kecewa, tadinya ku pikir akan indah seperti yang diharapkan, namun nyatanya tidak.
Melky Rahmat Azi
Waktu menunjukan pukul 13:15, kita pun mampir ke mesjid yang ada di depan rumah Zezen, di dalamnya terdapat beberapa orang yang sedang memperbaiki sudut-sudut mesjid yang mulai hancur karena usia. Tak kusangka, ternyata yang di dalam mesjid itu keluarga Zezen semua, 5 orang. Yang mengagetkan dan tidak kusadari adalah, semua sekelilingku santri, keluarga Zezen, maupun teman yang berangkat bersamaku dari rumah. Hanya aku yang bukan santri dari pondok pesantren.
Melky Rahmat Azi
Kita semua shalat dzuhur berjama'ah, setelahnya berbincang-bincang sambil menunggu hujan reda. Aku mengakrabkan diri pada keluarga Zezen, bertanya dan membicarakan tentang Agama. Mereka terlihat gembira seakan-akan membuka hati terhadapku untuk dapat berkomunikasi lebih baik lagi. Hujan pun reda dan kita semua pamit pada keluarga Zezen. Dari pertemuan itu aku bisa saja setiap hari mengunjungi Pantan atau mendapatkan ilmu dari ustadz-ustadz keluarganya Zezen. Akhirnya, lagi-lagi kutemui orang-orang mengagumkan.

Arah pulang berkendara, hatiku sedikit berbicara. "Tuhan Selalu Menunjukan Hal Yang Lebih Indah Dibandingkan Dengan Apa Yang Kita Inginkan Sebelumnya"